Senin, 03 Agustus 2020

Karya Jelita Bu Kanjeng


“Guru biasa memberitahukan, guru baik menjelaskan, 
guru ahli memperagakan, dan guru hebat mengilhami” 
(William Arthur Ward)


Saya beruntung bertemu dengan seorang guru hebat walaupun melalui dunia maya. Seorang guru yang mampu mengilhamiku dengan beragam cerita pengalamannya sebagai seorang penulis yang juga berprofesi sebagai pegiat literasi, pengurus TPQ dan blogger yang bernama Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd atau biasa disebut bu Kanjeng.

Awal cerita ibu dari 4 orang anak ini memulai kegiatan menulis ketika usianya memasuki jelita atau jelang lima puluh tahun. Penulis kelahiran 8 April 1961 ini berprinsip “better late than never”. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bu Kanjeng terus berusaha dan belajar sampai ketagihan untuk bisa menulis buku dan terus meng-upgrade diri menjadi seorang penulis. 

Pada tahun 2007 ketika kuliah S2 Bu Kanjeng mulai mengenal internet, media sosial, sering pergi ke perpustakaan dan ke toko buku. Sampai pada akhirnya beliau menemukan satu buku karangan Ersis bahwa menulis buku itu mudah . Dari buku itulah beliau termotivasi dan meyakini harus bisa menulis. Proses yang dijalaninya dengan sering bersilaturahmi dan mau belajar di berbagai kegiatan pelatihan menulis baik daring maupun luring, aktif di blog Gurusiana dan komunitas sejuta guru ngeblog, mengisi atau berbagi dalam kegiatan bedah buku.

Beliau benar-benar seorang penulis yang sangat produktif. Untuk menjadi seorang penulis maka harus banyak membaca, mencoba menulis dan disiplin melakukannya. Agar bisa disiplin menulis maka buat kerangka tulisan, buat target, fokus pada target dan berikan  reward dan punishment. Jika kita bisa mencapai target maka berilah hadiah pada diri sendiri namun sebaliknya berilah hukuman jika kita tidak mencapai target.

Langkah selanjutnya kirimkan tulisan yang telah kita buat ke media massa dan jika sudah banyak halamannya maka bisa dibukukan. Teruslah menulis walaupun  naskah kita ditolak. Asah terus keterampilan menulis sehingga menghasilkan banyak karya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika  mengirim naskah ke penerbit yaitu : siapkan naskah yang sudah rapi, pilih penerbit yang sesuai dengan jenis naskah, perhatikan tata cara pengiriman dan ketentuan mengirim naskah ke penerbit, kirimkan naskah beserta sinopsis dan profil penulis, dan jangan mengirim naskah ke beberapa penerbit sekaligus. 

Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengirim naskah ke penerbit. Jika kita mengirim ke penerbit mayor tidak semua naskah akan diterima bahkan mungkin hanya sebagian kecil saja yang diterima. Sedangkan jika kita mengirim buku ke penerbit indie maka naskah kita sudah pasti diterima. Beliau memberikan tips agar buku kita dilirik penerbit sehingga dapat menghasilkan royalty yaitu dengan menyiapkan naskah yang sedang dibutuhkan orang banyak dan bergabung di grup menulis yang bekerja sama dengan penerbit.

Dalam menyiapkan naskah buku yang harus dilakukan pertama kali adalah kita harus punya ide menarik. Lalu buat outline sehingga bisa terpola dan tidak melantur kemana-mana dalam pembahasannya. Agar ide yang dituangkan bisa diterima pembaca tentukan dulu apa yang mau ditulis dan tulislah apa yang disukai dan dikuasai. Kita juga diberikan tips dan trik agar buku kita dikenal / disukai pembaca maka sebaiknya kita bergabung dengan komunitas menulis, mengadakan kegiatan bedah buku ataupun promo baik lewat online maupun offline. 

Kesulitan terbesar selama menulis pada awalnya masalah waktu yang kadang tidak konsisten. Cara mengatasinya dengan mengubah mindset kita. Jadikan menulis sebagai kebutuhan bukan kewajiban. Menulislah setiap hari dengan penuh konsentrasi. Jika terjadi gangguan konsentrasi maka ubahlah mindset dan bergaulah dengan pegiat literasi. Untuk menjaga semangat menulis maka kita harus punya target yang cukup tinggi. Jadi saat ada ditengah-tengah semangatnya sudah ada yang diraihnya. 

Biasanya beberapa penulis pemula bersama-sama menulis artikel dengan satu tema lalu dibukukan dalam bentuk antologi. Waktu penulisan tergantung jenis buku. Buku non fiksi lebih cepat karena ada referensi. Sedangkan fiksi bisa cepat tapi bisa juga lama tergantung komitmen dari hati dan target waktu. Selain fiksi dan non fiksi ada juga yang disebut faksi yaitu kisah nyata/fakta (true story) yang identitasnya dibuat karangan (fiksi).

Bu Kanjeng mengatakan menulis itu keterampilan bukan bakat. Jadi kita harus sering berlatih menuliskan ide-ide di sekitar kita. Menulislah apa yang disukai dan dikuasai. Jadikan menulis dan membaca selektif dengan kacamata utuh sebagai gaya hidup. Istiqomah dalam menulis dan belajar meng-upgrade diri agar naik kelas. Ya, naik kelas dari yang tadinya sering ditolak penerbit karena dianggap bukunya kurang layak untuk diterbitkan menjadi sering dicari penerbit sebab karya tulisnya banyak disukai pembaca. Kemudian naik kelas dari yang tadinya penulis kemudian jadi editor bahkan bisa menerbitkan buku sendiri. 

Saya teringat kata-kata Abraham Lincoln, “The best way to predict the future is to create it”. Yang terbaik untuk memprediksi kesuksesan kita adalah dengan menciptakan kesuksesan kita tersebut. Oleh karena itu jika kita ingin menjadi seorang penulis yang handal maka cara terbaik adalah dengan banyak berlatih menulis dan masuk ke dalam komunitas penulis untuk saling support.

Jangan tunggu sampai besok untuk mulai menulis. Mulailah dari sekarang dengan membiasakan menulis apa yang menjadi passion kita. Dengan menuliskan apa yang disukai dan dikuasai akan meningkatkan rasa percaya diri dan tentu saja akan membangkitkan energi positif. Energi positif yang tertuang dalam tulisan kita akan menular menjadi energi positif juga bagi pembaca. 

Proses Bu Kanjeng menjadi seorang penulis di usia jelita memberi energi positif dan sangat menginspirasi bagi saya. Apa yang dilakukan Bu Kanjeng membangkitkan motivasi saya untuk mengikuti langkahnya. Jangan lelah untuk berproses. Saya harus banyak berlatih untuk menulis. Semakin sering kita praktek menulis tentu kita akan semakin terlatih untuk mengetahui kekurangan tulisan kita sehingga dengan adanya proses pengeditan akan membuat tulisan kita semakin enak dibaca dan makin sempurna.

Sebagaimana peribahasa Inggris “Practice Makes Perfect”. Dengan berlatih terus menerus maka akan membuat karya kita menjadi lebih sempurna. Setelah itu biarkan tulisan kita menemui takdirnya masing-masing.

29 komentar:

  1. Luar Biasa, semangat, dan pantang surut dalam menulis .....

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Alhamdulillah... Terima kasih bunda atas bimbingannya. Semangat terus untuk bisa menghasilkan karya-karya jelita berikutnya

      Hapus
  3. Mantap bu. Terus semangat menulis menebar virus literasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Alloh... Terima kasih atas atensi dan motivasinya

      Hapus
  4. bagus sekali resume kuliahnya dan sangat enak dibaca. Mari kita belajar menulis dari bu kanjeng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah suatu kehormatan omJay berkenan membaca resume saya. Terima kasih atas atensi dan apresiasi serta bimbingannya selama ini

      Hapus
  5. Top tulisannya,pokoknya keren
    saling BW
    http://etiknurintobantarbolangpemalang.blogspot.com

    BalasHapus
  6. Terima kasih sharing saya semalam bisa menghiasi blog Bu Lilis yang keren.Sungguh indahnya berkolaborasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bunda. Pokoknya Bunda inspirator saya. Makasih atas bimbingannya selama ini...

      Hapus
  7. Hebat Bu... Enak dibaca tulisaanya

    BalasHapus
  8. Mantap bu, sudah sangat terampil menulisnya sepertinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya masih belajar menulis Bu... Terima kasih atas atensi dan apresiasinya

      Hapus
  9. Tulisan ny bgus bu ga bikin bosen ketika di baca.sukses selalu bu

    BalasHapus

Aussie... Aku datang...

Berkah tak terduga Jum’at pagi tanggal 18 Januari 2019 aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Sekolahku berada di pinggiran kota Majalengk...