Kamis, 02 Februari 2023

Aussie... Aku datang...

Berkah tak terduga

Jum’at pagi tanggal 18 Januari 2019 aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Sekolahku berada di pinggiran kota Majalengka tepatnya di Kertajati. Sudah sepuluh tahun aku bertugas di SMPN 1 Kertajati. Lingkungan alam dengan hamparan sawah sepanjang mata memandang membuatku bersemangat menyambut pagi. Sekitar 15 menit perjalanan dari rumah sampailah ke sekolah. Di depan pintu gerbang aku bersama pengurus OSIS dan beberapa guru lainnya menyambut anak-anak yang mulai berdatangan dari berbagai pelosok desa. Ah... alangkah menyenangkan setiap kali menatap mata anak-anak yang bersemangat datang ke sekolah setiap harinya. Tepat jam 07.00 pagi bel berbunyi dan semua siswa masuk ke kelas masing-masing.

Aku segera beranjak dari gerbang sekolah menuju ruang Bimbingan dan Konseling. Ternyata sudah menunggu orang tua yang sengaja datang untuk menemuiku. Tiba-tiba dia menyodorkan kantong keresek hitam dan memberikannya padaku. Katanya dia abis panen mangga di depan rumahnya dan ingin memberiku mangga. Sungguh sangat terharu apalagi setelah dia cerita anaknya sekarang mau sekolah lagi. Katanya berkat bantuan ibu anaknya bersemangat lagi untuk sekolah. Alhamdulillah... aku mengajaknya bersyukur karena berkat Allah-lah yang telah memberikan hidayah kepada anaknya tersebut. Setelah berbicara tentang perkembangan anaknya di sekolah orang tua itu kemudian pamit.

Tiba-tiba Hp-ku berbunyi...Ketika kutengok ternyata dari Mbak Donna. Mbak Donna itu teman suamiku yang bekerja di PPPPTK Penjas BK yang beralamat di Parung Bogor. Ada apa ya mbak Donna menghubungiku? Sejurus kemudian aku hubungi mbak Donna via WA. Mbak Donna memberitahuku tentang program pengiriman 1000 pendidik ke luar negeri dan menawariku untuk ikut. Aku tertawa dan tak percaya ditawari demikian. Mbak Donna kemudian memberitahukan beberapa kriteria diantaranya : pendidikan minimal S-1 namun     S-2 lebih diprioritaskan, telah menjadi Instruktur Nasional atau Narasumber Nasional, usia tidak lebih dari 50 tahun, berprestasi, aktif dalam organisasi profesi atau MGBK, memiliki kemampuan bahasa Inggris minimal pasif, bukti sekolah terpilih sebagai sekolah model atau sekolah rujukan dan harus ada persetujuan suami. Hmm... dari semua persyaratan tersebut rasanya aku memenuhi semuanya. Alhamdulillah aku sudah menyelesaikan S-2 sejak tahun 2010. Kemudian sejak tahun 2004 telah menjadi Instruktur Nasional dan menjadi Narasumber Nasional sejak tahun 2016. Pada tahun 2010 pernah terpilih sebagai salah satu guru SMP berprestasi tingkat kabupaten Majalengka. Kalau dilihat dari usia masih dibawah 50 tahun. Untuk keaktifan di organisasi sudah menjadi ketua MGBK SMP Kab. Majalengka sejak tahun 2016 sampai sekarang. Adapun syarat sekolah tempat bertugas menjadi sekolah model alhamdulillah sekolahku telah menjadi sekolah model sejak tahun 2017 dan pernah menjadi juara 1 tingkat kab. Majalengka yang kemudian mewakili ke tingkat jawa barat pada bulan November 2017. Pada tahun 2018 sekolahku terpilih sebagai sekolah rujukan sampai saat ini. Dari semua kriteria itu semua persyaratan sudah lengkap kecuali ijin dari suami. Oh ya aku belum berani mengiyakan ikut program tersebut karena belum berbicara dengan suami.

Sebenarnya aneh juga suamiku tidak pernah memberitahukan adanya program pengiriman guru ini. Padahal jika ada informasi terbaru tentang ke-BK-an dia suka ngasih tau atau kalau tidak aku yang aktif bertanya jika suami ada kegiatan tentang Bimbingan dan Konseling (BK). Aku bersyukur kami di bidang keilmuan yang sama sehingga kami sering berdiskusi tentang BK.

Keesokan harinya suamiku mengantarku ke sekolah dan sepanjang jalan aku mendapat kesempatan untuk berbicara....

Aku     : “Yah, ma dengar ada informasi pengiriman guru keluar negeri, ya?”

Suami : “Lho, ma tahu dari mana?”

Aku     : “Ma kemarin dihubungi mbak Donna”

Suami : (tertawa)

Aku     : “Kok ayah gak ngasih tahu ma sih?”

Suami : “Hmm... maaf sebelumnya ayah gak ngasih tahu... Walaupun ayah tahu ma memenuhi semua kriteria tapi ayah gak mau ada pandangan dari orang lain kalau ma masuk karena ayah. Nanti disangka KKN lagi... Makanya ayah diam-diam saja. Padahal sudah ada beberapa guru BK yang kami seleksi juga. Ayah menduga mungkin usulan dari pak Zaenudin untuk mengundang ma. Gimana apa ma berminat?”

Aku     : “Entahlah... ma mikir anak-anak gimana kalo ditinggalkan”

Suami : “Kalau ma minat dan lolos silakan saja ambil kesempatan”

Ya Alloh... terharu mendengar suamiku berkata begitu... Ditengah kegalauan dan dilema suamiku memberikan solusi yang menyejukkan...

Namun, ada tahapan lain yang harus kulakukan... Meminta ijin dari ibuku... ya neneknya anak-anak. Beliau orang penting lainnya yang perlu dimintai pertimbangan. Selama ini beliaulah yang menyambut anak-anak pulang ke rumah ketika aku masih berada di sekolah. Di rumah peninggalan almarhum bapak, ibu tinggal bersamaku dan ketiga anakku. Suamiku bekerja di Bogor dan menempati rumah kami disana sendirian. Kalau liburan baru kami bisa berkumpul. Kenapa kami gak pindah Bogor dan berkumpul layaknya sebuah keluarga dengan suamiku? Sebenarnya sempat berniat untuk pindah bahkan sudah nyari-nyari info sekolah juga. Namun setelah dipikir-pikir lagi kalau pindah kami  juga sering ditinggal-tinggal sebab sebagai widyaiswara suamiku banyak bekerja di luar kota juga luar pulau Jawa. Bahkan dulu kami juga pernah ditinggal tugas selama 2 tahun ke Malaysia. Nah, kalau sering ditinggal begitu apa bedanya dengan kami tinggal di Majalengka? Padahal kalau di Majalengka kami bisa menemani ibu. Sebenarnya ibu pernah diajak  tinggal di Bogor namun ibu menolak karena beliau tidak mau meninggalkan rumah yang penuh kenangan dengan bapak.

Ibuku tinggal sebatang kara setelah ditinggal bapak 12 tahun yang lalu. Aku tidak tega meninggalkan ibu yang sangat tergantung padaku. Bahkan untuk urusan ambil uang pensiunan saja ke bank ibu tidak berani pergi sendiri.  Sebelum tinggal dengan ibu, kami pernah tinggal di rumah sendiri. Rumahnya terletak di desa Liang julang. Namun anakku ternyata lebih betah tinggal dengan neneknya karena teman-temannya banyak di sekitar rumah nenek. Sedangkan di dekat rumahku sedikit anak-anak kecilnya. Akhirnya karena rumah sering ditinggalkan maka kuputuskan untuk dikontrakkan saja.

Sore itu, kulihat ibuku sedang santai menonton sinetron di televisi. Aku dekati dan coba membuka pembicaraan....

Aku     :  “Enin, kalau teteh ditawari untuk belajar lagi kira-kira enin mengijinkan gak?”

Enin    : (mengalihkan pandangan kemudian menatapku) “Kemana?”

Aku     : ” Australia

Enin    : “Hah... jauh banget!!! “(suaranya meninggi lalu terdiam sesaat). Enin gak sanggup   ngurus anak-anak sendirian! Apalagi enin sudah tua....”

Ibuku keberatan dan aku memutuskan untuk tidak meneruskan pembicaraan kami. Jawaban ibu sudah cukup bagiku untuk memutuskan tidak akan ikut program tersebut. Aku berusaha untuk melupakan dan tetap beraktivitas seperti biasa.

Keesokan harinya ibu memanggilku ke kamarnya. Beliau menggenggam tanganku dan bertanya “ Apakah teteh sungguh-sungguh mau ke Australia?” Aku bingung untuk menjawab karena jika aku iyakan khawatir akan merepotkan beliau. Jadi aku hanya termangu dan tertunduk... Beliau mengangkat wajahku dan berkata, “Pergilah! Enin ijinkan...”. Alhamdulillah ya Alloh... Ini berkah yang tak terduga karena suami dan ibuku telah memberiku ijin untuk pergi... Aku menangis bahagia bercampur sedih karena akan meninggalkan keluarga yang sangat kucintai...

Setelah mendapat restu segera aku mengumpulkan semua berkas persyaratan dan mengirimkannya via email dan WA ke mbak Donna. Seminggu kemudian HP-ku berbunyi pas ketika aku mau turun dari angkot di depan kantor pos. Segera ku angkat HP dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata Bu Eni yang menelpon. Beliau widyaiswara PPPPTK Penjas BK. Setelah mengucapkan salam bu Eni mengajakku berbicara bahasa Inggris. Aku harus memperkenalkan diri. Alhamdulillah lancar karena tugasnya tidak terlalu berat hehe...  kemudian aku diminta untuk membuat essay juga dan harus segera dikumpulkan dalam waktu 1 jam. Tugas itu segera kukerjakan semaksimal mungkin.

Persiapan lainnya adalah mengurus paspor ke imigrasi. Kantor imigrasinya berada di Cirebon. Jadi butuh waktu sekitar 1,5 jam di perjalanan sehingga kalau pulang sekolah sekitar jam 14.15 sudah pasti tidak kan keburu waktunya karena kantor tutup jam 16.00. Oleh karena itu aku ijin kepada kepala sekolah sekaligus memberitahukan kalau aku mau ikut short course ke Aussie. Alhamdulillah beliau sangat mendukung sehingga aku bisa pergi ke Cirebon jam 10.00. Urusan di imigrasi ternyata diberikan kemudahan dan kelancaran dan dalam jangka waktu seminggu paspor sudah ditangan. 

            Seminggu jelang keberangkatan aku mendapat undangan untuk mengikuti seleksi calon kepala sekolah (cakep). Dalam surat edaran dari kepala diknas para cakep wajib mengikuti upacara pembukaan pada tanggal 25 Februari dan sudah dibagi jadwal seleksi untuk TK/SD pada tanggal 25-26 Februari sedangkan jadwal untuk SMP tanggal 27-28 Februari. Aaah... kenapa jadwalnya bentrok dengan jadwal keberangkatanku ke Parung??? Benar-benar dilema. Aku konsultasikan masalahku dengan mbak Donna dan Bu Devi dari PPPPTK Penjas BK. Beliau juga bingung karena pas jadwal seleksi cakep seharusnya aku sudah berada disana. Apalagi menurut informasi awal kami akan diundang oleh presiden ke istana negara sehingga wajib hadir. Aku hanya bisa istirjak dan melakukan sholat istikhoroh untuk meminta petunjuk dan ketetapan hati dalam memilih. Pilihannya hanya satu mengikuti seleksi cakep atau pergi ke Aussie. Aku pasrah apa pun keputusan Alloh karena itu pasti yang terbaik untukku. Berbekal ridha dari suami dan orang tua kuyakin Alloh juga ridha. Bukankah ada hadist dari Abdullah bin’Amru radhiyallahu’anhu yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan at Tirmidzi : 1899, HR al Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al Kabiir : 14368, al-Bazzaar : 2394). Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW  bersabda,”Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridha terhadapnya, maka ia akan masuk surga” (HR Ibnu Majah dan dihasankan oleh Imam Tirmidzi). Dalam hadist yang lain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasululla SAW bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki” (HR Ibnu Hibban dalam shahihnya). Alhamdulillah atas keridhaan orang tua dan suami ternyata Allah memberiku berkah yang tak terduga yaitu bisa mengikuti kedua-duanya.  Kok bisa??? Tentu sangat bisa jika Allah memberiku kemudahan. Ya, setelah aku berkonsultasi dengan diknas dan BKPSDM maka aku tetap bisa mengikuti seleksi cakep namun waktunya dimajukan. Seharusnya sesuai jadwal seleksi untuk SMP pada tanggal 27-28 Februari namun aku bisa mengikuti pada tanggal 25-26 Februari bersama guru-guru TK dan SD. Walaupun konsekuensinya aku mengikuti sendirian. Alhamdulillah setelah mengikuti seleksi tulis pada tanggal 25 Februari dan wawancara keesokan harinya akhirnya selesai juga seleksi cakep pada jam 08.15. 

Pada jam 10.00 pagi travel menjemput dan membawaku ke Parung. Selama 6 hari kami mengikuti kegiatan pre departure yang bertujuan memberikan pembekalan sebelum kami berangkat. Beragam materi disampaikan seperti : kebijakan pengembangan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan bidang penjas dan BK, bedah panduan program, budaya belajar di Australia, penguatan nasionalisme kebangsaan, HOTs dan 4Cs pada BK, Solution Focused Brief Therapy, kerjasama luar negeri kemdikbud, disain adminintrasi program. Akhirnya pada tanggal 3 Maret 2019 ditutup dengan materi pelepasan pelatihan PTK ke luar negeri oleh kepala PPPPTK Penjas dan BK bapak Dr.H.Yaswardi, M.Si.

            Setelah dilepas oleh pak Kapus, kami secara berombongan menaiki bus yang akan mengantarkan kami ke bandara Soekarno Hatta. Pesawat Garuda membawa kami terbang sekitar 1 jam 20 menit  menuju bandara Changi Singapura untuk transit. Malam harinya sekitar jam 8 malam waktu Singapura kami terbang bersama Qantas menuju Brisbane Australia. Sekitar 7 jam perjalanan akhirnya kami tiba di bandara Brisbane.... Saat ku jejakkan kakiku di bandara Brisbane... batinku berteriak, “ Aussie, aku datang....!” Aku gak berani berteriak keras-keras karena khawatir mengganggu ketertiban umum hehe....

 

Aussie, Aku datang...

Rindu keluarga

Hal yang kurasakan paling berat adalah ketika menahan rindu yang mendera menyesakkan dada. Setiap saat terbayang-bayang selalu wajah orang-orang tercinta di rumah. Duuuh... rindu itu emang berat seperti kata Dylan hehe... Paling lama kegiatan yang pernah aku ikuti selama 10 hari sedangkan sekarang selama sebulan. Mana tahaan... tapi memang harus ku tahan. Alhamdulillah berkat adanya video call kerinduanku pada keluarga setidaknya bisa terobati. Setiap hari kami berkomunikasi baik pagi, siang maupun malam seperti aturan minum obat saja. Tapi memang rindu itu harus terobati apalagi bagi si bungsu Azka yang tiap hari selalu menangis dan menyuruhku pulang hehe... Alhamdulillah aku bisa memantau juga persiapan belajar anakku Edgar menghadapi PTS. Sedangkan si sulung Agung saat itu sibuk dengan ujian prakteknya. Suamiku menggantikan tugasku membimbing belajar anak-anak. Rasanya bahagia dan lengkap hidupku bersama mereka. Alhamdulillah....

Pelajaran hidup

            Selama 3 minggu tinggal di Aussie aku mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT atas kesempatan yang telah diberikan-Nya. Pengalaman berinteraksi dengan orang dari latar belakang berbeda dan merasakan budaya lain sampai belajar bahasa asing menjadi tantangan tersendiri.

       Allah SWT Adalah Sumber Kekuatan

Ketika kita jauh dari keluarga dan komunitas kita, selalu muncul perasaan terasing sehingga kita merasakan kesendirian. Disaat itu aku sadar bahwa menggantungkan diri kepada Allah SWT menjadi sumber kekuatan satu-satunya ketika kita tidak bisa berharap pada manusia. Segala keluh kesah dan rangkaian doa sering kupanjatkan pada-Nya sehingga aku merasakan ketenangan menghadapi hari-hari disana. Alhamdulillah berkat ridha-Nya ketika disana aku mendapat kabar ternyata aku dinyatakan lulus seleksi cakep dan tinggal menunggu panggilan untuk diklat saja. Semua yang terjadi padaku membuatku semakin yakin akan kekuasaan Allah sebab jika tidak ada campur tangan-Nya mustahil aku mendapatkan karunia yang begitu besar. Allah SWT adalah sumber kekuatanku.

       Belajar mandiri

Hidup sendirian jauh dari keluarga tidak semenakutkan yang dibayangkan. Aku belajar mandiri untuk bisa mengandalkan diri sendiri dari mulai membuat rencana kegiatan sampai mengambil keputusan. Untuk urusan pekerjaan rumah bagiku bukan sesuatu yang memberatkan sebab hal itu merupakan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. 

       Seni berinteraksi

Selama di Aussie aku tinggal di sebuah apartemen yang bernama Oaks iStay River City yang beralamat di 79 Albert Street, Brisbane. Lokasinya di tengah kota Brisbane. Di depan apartemen orang-orang yang berbeda kulit, suku, bangsa, dan agama berlalu lalang sejak pagi sampai malam. Aku senang memperhatikan mereka ketika duduk di bangku pinggir jalan. Tak jarang kami berinteraksi dengan penghuni apartemen dari negara lain ketika sama-sama menunggu moda transportasi yang akan membawa kami ke tujuan yang berbeda. Kesempatan bertemu dengan orang dari berbagai latar belakang budaya termasuk rekan-rekanku sesama peserta yang berasal dari berbagai pelosok nusantara membuatku menjadi pribadi yang lebih terbuka dan tidak lagi melihat sesuatu dari sudut pandang hitam-putih. Aku menjadi lebih toleran terhadap perbedaan sebab menurutku keputusan atau tindakan orang lain adalah urusan mereka yang tidak sepantasnya dikomentari.

       Disiplin tinggi

Satu lagi pelajaran yang membuatku terkesan. Orang Australia memiliki disiplin yang tinggi. Mereka sangat menghargai waktu sehingga setiap agenda harus  tepat waktu. Budaya antri mereka terapkan. Oleh karena itu, kehidupan masyarakatnya lebih teratur. Untuk urusan nyebrang jalan saja kita tidak boleh di sembarang tempat. Harus di zebra cross. Tidak heran dengan disiplin yang tinggi negara mereka lebih maju 

       Keramahan kunci kenyamanan

Saat menjejakan kaki pertama kali di bandara Brisbane tanggal 4 Maret 2019 kami disambut oleh Kim Woodward dan Sheilla. Saat itu aku dibuat terpana oleh kedua sosok tersebut. Kim, dengan senyumnya yang renyah dan bisa tertawa lepas sampai ngakak merupakan sosok yang energik walaupun beliau sudah memasuki usia senja. Aku gak berani nanya usianya karena khawatir tersinggung hehe... Namun yang jelas dia sudah menjadi seorang nenek. Satu lagi Sheilla dengan bantuan penopang kaki karena terjatuh dia tampak tegar dengan kondisinya. Baginya pantang dikasihani dengan kondisinya tersebut. Dia tetap menjalankan tugasnya menyambut kami walaupun jalannya terpincang-pincang. Keramahan mereka menyambut kami membuat kami merasa nyaman dan dekat sehingga membantu kami untuk bisa beradaptasi dengan cepat.

Keramahan juga ditunjukkan oleh David sopir yang disewa travel ataupun Nathan sopir universitas Queensland. Mereka selalu menyambut kami dengan ucapan “Good morning” ketika kami masuk bus dan “have a nice day” saat kami keluar bus. Hal itu dilakukan pula oleh sopir bus translink. Mereka sangat ramah menyambut kami. Setiap penumpang disapanya. Aaah... seandainya semua sopir bus di Indonesia melakukan hal yang sama. Tentu penumpang akan merasa nyaman dan senang.

       Toleran terhadap keragaman

Seperti halnya Indonesia, Australia ternyata memiliki perbedaan budaya yang cukup besar. Berdasarkan hasil sensus penduduk di Australia pada tahun 2016, hampir setengah dari penduduk Australia (49%) tidak dilahirkan di Australia atau setidaknya salah satu dari orang tuanya tidak dilahirkan di Australia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ragam budaya yang berbeda sangat besar dan tentunya rawan potensi intoleransi. Akan tetapi, yang menarik adalah, pada saat kami di sana terjadi penembakan di sebuah mesjid yang terletak di Christchurch Selandia Baru. Pelakunya warga negara Australia. Sebagai satu bentuk toleransi warga Australia terhadap muslim pasca penembakan maka di kampus Universitas Queensland mengibarkan bendera setengah tiang kemudian di Holland Park tepatnya di Mesjid Brisbane diletakkan berbagai buket bunga dan orang Australia menyampaikan ungkapan duka cita serta memeluk kaum muslim yang berada disana sebagai bentuk duka cita. Sungguh pemandangan yang mengharukan. Mereka  sangat ramah dan toleran terhadap keberagaman.

       Gaya hidup sehat

Aku melihat warga Australia banyak yang berjalan kaki di berbagai tempat. Mereka juga senang melakukan aktivitas olahraga seperti : naik sepeda dan sepatu roda. Justru sulit menemukan orang naik motor. Mereka lebih senang naik mobil pribadi, bus, ataupun trem/ KA. Kami juga terbiasa berjalan kaki ketika berangkat ke kampus ataupun pulangnya menuju halte bus atau boat yang akan membawa kami pulang ke apartemen. Awalnya berat dan capek. Tapi lama-kelamaan jadi terbiasa juga walaupun keringat bercucuran. Alhamdulillah walaupun capek berjalan namun kami sehat. Benarlah kata pepatah “Walking is the best medicine”.

       Pentingnya belajar bahasa

Kesempatan pergi keluar negeri membuatku tertantang untuk belajar lagi bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Dengan menguasai bahasa setempat hidup kita di rantau terasa lebih mudah. Kita akan mudah berkomunikasi sehingga banyak hal penting yang bisa kita pelajari lebih banyak lagi.  Dengan belajar bahasa mereka berarti kita juga menghargai budayanya.

       Bertambah teman

Hidup bersama rekan-rekan seperjuangan dari berbagai pelosok negeri dengan latar belakang yang berbeda dari sifat, karakter dan kebiasaan menjadi tantangan tersendiri untuk bisa saling memahami. Adanya masalah yang muncul akibat sensitivitas terhadap ucapan, sikap, dan perilaku teman membuat kami saling belajar untuk lebih toleran dan saling memaafkan. Hal inilah yang menjadi bonding bagi kami seperti layaknya sebuah keluarga. Alhamdulillah sepulang dari Aussie teman-temanku bertambah banyak.

           Nasionalisme bertambah

Sejauh-jauhnya burung terbang akan kembali ke sarang. Ungkapan itu tepat sekali menggambarkan keadaanku. Walaupun di Aussie kondisinya serba lebih nyaman dengan jalan dan sistem transportasi yang tertib dan teratur, sistem pendidikan dan kondisi ekonomi lebih maju namun tidak membuatku betah berlama-lama. Aku kangen keluarga, tetangga, murid-muridku, kolegaku, dan masyarakat Indonesia yang terkenal ramah. Aku juga kangen cita rasa masakan Indonesia yang kaya bumbu dan rempah-rempah. Aku kangen semuanya. Hidup di negeri orang membuatku makin cinta terhadap Indonesia

Farewell Party bersama dosen Prof. Robin Gillies @ Universitas Queensland


Selasa, 31 Januari 2023

Perubahan Paradigma Manajemen Sekolah

                                            Sumber : iStock by Getty Images
 

 1. PERUBAHAN

 

Perubahan adalah hasil akhir dari semua proses belajar yang sesungguhnya (all true learning)

- LEO BUS CAGILA –

 

Ada pepatah kuno yang disampaikan Herakleitos, “Panta Rhei kai uden menei” yang berarti semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal diam. Herakleitos mengibaratkan perubahan sebagai sebuah aliran sungai. Pepatah kuno tersebut menandakan bahwa perubahan adalah sesuatu hal yang pasti terjadi dan hal tersebut sudah diketahui oleh manusia sejak zaman dahulu.

Sesuatu yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, mau tidak mau manusia jika ingin abadi atau langgeng di dunia ini maka perlu menyesuaikan diri dengan perubahan. Perubahan ada yang berlangsung secara evolusioner namun ada pula yang berlangsung secara revolusioner.

 

1.1. Pengertian Perubahan

                 Perubahan asal katanya dari kata “ubah” yang mendapat imbuhan per-an menjadi perubahan.  Arti kata perubahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Perubahan secara sederhana menurut Jeff Davidson berarti melakukan sesuatu secara berbeda dari sebelumnya. Definsi perubahan menurut Cook et.al (dalam Winardi, 2005 : 39) bahwa perubahan …adalah proses dimana kita berpindah dari kondisi yang berlaku menuju ke kondisi yang diinginkan, yang dilakukan oleh para individu, kelompok serta organisasi dalam hal bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan dinamik “internal maupun eksternal”. Definisi yang dikemukakan menimbulkan kesan bahwa kondisi yang berlaku atau yang sedang dihadapi kurang memuaskan sehingga diperlukan adanya perubahan untuk mencapai kondisi yang diharapkan. Untuk mencapai kondisi perubahan tersebut terlihat adanya unsur kesengajaan (rekayasa) baik yang muncul dari kekuatan dinamik internal maupun eksternal yang berasal dari lingkungan.

Sebuah definisi lain dikemukakan oleh David King (dalam Smith, 2014 : 111) bahwa “Change definition is the process of developing clear and complete definitions of how the organization will be changed, the nature of the impact on stakeholders and business areas, and the specific changes that will be seen across the organization in behaviour, outputs and outcomes” (Definisi perubahan adalah proses mengembangkan definisi yang jelas dan lengkap tentang bagaimanaorganisasi akan diubah, sifat dampaknya terhadap pemangku kepentingan dandan perubahan spesifik yang akan terlihat di seluruh organisasi dalam perilaku,output dan hasil).

Stephen P. Robbins mengatakan bahwa perubahan menjadi sangat luas artinya karena dapat diterapkan untuk menunjukkan perubahan pada seluruh aspek organisasi sebagai perubahan individu, kelompok dan totalitas organisasi sebagai jawaban atas faktor internal dan eksternal. Perubahan diartikan sebagai suatu kondisi baru yang berbeda dari kondisi sebelumnya yang terjadi di lingkungan sebuah organisasi.

Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan adalah proses transformasi dari kondisi awal (the before condition) hingga kondisi setelahnya (the after condition) yang menghasilkan sesuatu yang berbeda.

 

1.2. Kategorisasi Perubahan

                Perubahan sangat dibutuhkan sebagai alat dalam rangka pemecahan permasalahan uang bertujuan untuk memperbaiki kondisi atau keadaan ke arah yang lebih baik. Perubahan dapat terjadi dalam bentuk perubahan yang direncanakan (planned changes) dan perubahan yang tidak direncanakan (unplanned changes). Yang dimaksud perubahan yang tidak direncanakan yaitu perubahan yang muncul di luar kehendak kita. Jadi perubahan yang terjadi tanpa petunjuk atau direncanakan terlebih dahulu tetapi terjadi secara mendadak atau secara acak akibat munculnya ketidakpuasan terhadap situasi. Sedangkan perubahan yang direncanakan yaitu perubahan yang direkayasa khusus oleh para pimpinan baik itu factor internal organisasi maupun akibat dorongan perkembangan lingkungan. Bagaimana cara merekayasa perubahan? Salah satu cara dikembangkan oleh Kurt Lewin seorang ahli psikologi terkenal (dalam Winardi, 2005 : 4-6, 90-92). Lewin berpendapat bahwa setiap upaya perubahan dapat dipandang sebagai sebuah proses yang terdiri dari tiga macam fase, yaitu :

a. Fase pencairan (unfreezing)

          Pada fase ini orang mempersiapkan sebuah situasi untuk perubahan. Ada dua hal yang dilakukan yaitu menciptakan kebutuhan akan perubahan dan meminimalisir pertentangan terhadap perubahan. Pemimpin organisasi perlu mengarahkan proses perubahan dan melaksanakan tindakan-tindakan guna mempersiapkan bawahan/karyawannya agar mengikuti perubahan tersebut. Pimpinan penting untuk menjelaskan perlunya dilakukan perubahan sampai bawahan/karyawannya merasakan kebutuhan akan perubahan. Setelah mereka faham dan merasakan butuh perubahan maka akan meningkatkan kesediaan mereka dalam bekerja sama mensukseskan proses perubahan dimaksud

b. Fase perubahan (changing) atau bergerak (moving)

Fase ini meliputi tindakan membiasakan bawahan/karyawan melepaskan cara-cara lama mereka bekerja dan membentuk hubungan-hubungan yang baru. Fase ini dianggap cukup sulit karena akan muncul perasaan khawatir bila melepaskan cara-cara lama yang sudah terbiasa digunakan dengan baik untuk diganti dengan cara-cara baru berperilaku dengan orang-orang baru dan melaksanakan tugas-tugas mungkin dengan teknologi yang lebih kompleks.

c.   Fase pembekuan kembali (refreezing)

Fase ini mencakup kegiatan memperkuat perubahan-perubahan yang telah dilaksanakan hingga cara-cara berperilaku distabilisasi. Jika perubahan yang berlangsung menguntungkan maka hasil-hasil positif yang dicapai akan bermanfaat sebagai penguatan (reinforcement). Namun jika sebaliknya apabila tidak meguntungkan maka perlu menggunakan penguatan eksternal (Cummings, Worley dalam Winardi, 2005 : 91). Lebih lanjut Winardi menjelaskan adakalanya pada situasi dan kondisi tertentu, mungkin diperlukan suatu pendekatan penguatan yang lebih bersifat memaksakan (more coercive). 

 

1.3. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan

                Perubahan yang terjadi pada dasarnya dibagi menjadi dua penyebab yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam organisasi sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan seperti kondisi ekonomi, perubahan sosial dan demografik, kompetisi global dan teknologi (Cook, Hunsaker dalam Winardi, 2005: 40-41).

                Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan diantaranya masalah yang menyangkut perilaku dan proses, pertentangan masalah etika, serta politik dan konflik keorganisasian yang bersifat destruktif. Masalah yang menyangkut perilaku (behavioral) seperti keluar masuknya karyawan dengan kecepatan tinggi, masalah absensi, pemogokan, dan sabotase karyawan. Masalah yang menyangkut proses seperti kebekuan komunikasi, proses pengambilan keputusan, dan inovasi. Pada banyak negara masalah etika kerja dan etika sosial banyak mengalami pertentangan juga. 

                Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya perubahan terkait kondisi ekonomi diantaranya terjadinya resesi atau ekspansi, fluktuasi suku bunga, tingkat tenaga kerja internasional, dan regulasi dan tindakan-tindakan pra peradilan. Terjadinya perubahan-perubahan sosial dan demografik menyangkut persoalan lingkungan, diversitas kulural yang main meningkat, tingkat pendidikan yang meningkat, serta kesenjangan yang makin meningkat antara kelompok orang kaya dengan orang miskin. Fakt or lain yang menjadi penyebab perubahan adalah kompetisi global dengan adanya keberhasilan ekonomi negara-negara di Asia, unifikasi Uni Eropa serta merger dan konsolidasi. Adapun faktor penyebab dari teknologi menyangkut internet dan world wide web, teknologi informasi (Enterprise Resource Management (ERM), Genetic Engineering, komputer dan robot, teknik-teknik manajemen kualitas statistical, dan process reengineering.     

 

1.4. Pertentangan terhadap Perubahan

                Menurut pandangan Stephen P. Robbins (1991 : 632-644) pertentangan terhadap perubahan bisa berasal dari individu maupun keorganisasian. Pertentangan secara individual bersumber dari karakteristik dasar manusia seperti : persepsi-kepribadian dan kebutuhan. Terdapat lima macam alasan mengapa individu menentang perubahan yaitu kebiasaan, kepastian, pemrosesan informasi secara selektif, perasaan takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui dan faktor-faktor ekonomi.

Sedangkan pertentangan secara keorganisasian karena sifat organisasi pada umumnya memiliki sifat konservatif yang secara aktif menentang perubahan. Berkaitan dengan tentangan organisasi ini ada enam macam sumber penyebabnya yaitu : inertia structural, fokus perubahan yang terbatas, inertia kelompok, ancaman bagi para ahli, ancaman terhadap alokasi sumber-sumber daya yang berlaku dan ancaman terhadap hubungan-hubungan kekuasaan yang  sudah mapan.

 

1.5. Cara Mengatasi Pertentangan terhadap Perubahan

                Perubahan seharusnya tidak boleh dilihat sebagai musuh yang harus ditakuti. Namun perubahan harus dipandang sebagai kekuatan untuk meningkatkan kepuasan dan menjadi bagian dalam kehidupab sehari-hari.  Ada tiga elemen penting untuk menyikapi perubahan sebagaimana dikemukakan oleh Scott (dalam Mukhtar dan Widodo Suparto, 2003 : 101-102) yaitu : (1) Elemen rasional dengan mengenal kebutuhan untuk perubahan. Dalam hal ini sangat penting untuk memahami isu-isu yang berkembang dan dampaknya; (2) Elemen afektif dengan penerimaan atas kebutuhan untuk berubah. Pada tahap ini sangat penting untuk melibatkan semua pihak yang tertarik pada seluruh tahapan dalam proses perencanaan. Keterlibatan semacam itu termasuk pula partisipasi dalam pengambilan keputusan; (3) Elemen pencapaian yang merupakan elemen terpenting untuk memastikan perubahan adalah keyakinan bahwa perubahan itu mungkin dan seseorang dapat memainkan peranan yang amat penting untuk melakukan hal itu.   

Senin, 17 Agustus 2020

Noralia Purwa Yunita : Penulis Muda Bertabur Karya



Perubahan paling penting adalah Digital Mindset
-  Hery Rosadi Harman  -



Digital mindset atau pola pikir digital menjadi bahasan menarik malam ini. Seorang guru muda yang cantik dan cerdas bernama Noralia Purwa Yunita, M.Pd yang biasa dipanggil Bu Nora berhasil menaklukan tantangan Prof. Richardus Eko Indrajit untuk menulis sebuah buku dalam waktu seminggu. Ini adalah buku pertamanya hasil kolaborasi dengan prof. Eko yang berhasil diterbitkan oleh penerbit Andi sebagai penerbit mayor.




Bu Guru mata pelajaran IPA dan Prakarya di SMPN 8 Semarang ini  termasuk beruntung. Keberuntungan yang pertama dapat berkolaborasi dengan prof. Eko yang sudah terkenal namanya dan banyak karyanya serta keberuntungan yang kedua tema yang diambil sesuai trend sekarang. Keberuntungan lainnya tentu saja sebagai  penulis pemula memiliki kesempatan karyanya  langsung diterbitkan oleh penerbit mayor. Berikut kita intip daftar isi buku digital midset sebagai berikut :

Buku ini berisi tentang pola pikir digital dan penerapan digital mindset di berbagai bidang kehidupan, pembelajaran digital, aplikasi yang mendukung untuk pembelajaran digital, apa saja yang harus disiapkan untuk melakukan pembelajaran digital, serta dilengkapi pula contoh RPP untuk pembelajaran digital. Sangat cocok sebagai bahan bacaan bapak ibu guru di situasi PJJ seperti sekarang.

Masa pandemi corona yang sudah berlangsung selama 6 bulan ini rupanya membawa berkah bagi Bu Nora. Semangat menulis yang pernah ditekuni semasa kuliah luntur setelah bekerja dan berkeluarga. Mungkin karena susah mengatur waktu, jadi tidak menyempatkan diri untuk kembali berkarya. Namun, ketika Bu Nora pindah unit kerja, ada satu teman kerja yang memantik semangat untuk berkarya lagi. Puncaknya saat pandemi datang. Karena pandemi Bu Nora kenal dengan grup belajar menulis om Jay dkk. Berawal dari sinilah Bu Nora dapat berkarya lagi. Berikut karya Bu Nora yang dihasilkan selama masa pandemi selain buku Digital Mindset yang fenomenal itu. Sebuah karya opini yang dipublikasikan di Suara Media Guru dapat dilihat di : http://suaraguruonline.com/pembelajaran-daring-sebagai-solusi/. Kemudian karya kedua berhasil terbit di majalah Geliat Gemilang Bandung yang berjudul “Aplikasi Baru untuk Mengajar Online”

Selain buku Digital Mindset masih ada satu buku lagi yang sekarang sedang dalam tahap proses terbit yang merupakan hasil resume ketika Bu Nora mengikuti kelas menulis Om Jay gelombang 8. Buku ini berisi hasil resume pelatihan menulis dari pertemuan pertama hingga terakhir.  Untuk isinya, ada beberapa yang ditambah dengan referensi lain di luar materi dari narasumber dan ada pula materi yang tidak dimasukkan kedalam  bukunya karena tidak sesuai dengan  outline resume yang telah disusun sebelumnya yang berpatokan  2W+1H yaitu what, why dan how.
Dari grup menulis ini Bu Nora  juga mendapat apresiasi dari penerbit Andi sebagai tulisan yang menginspirasi dan mendapat hadiah juga. Kita dapat membaca tulisannya tersebut di yaitu : https://noraliapurwa.blogspot.com/search?q=jurus+4+R+mencatatkan+sejarah

Sebagai penulis pemula Bu Nora sangat produktif. Rupanya keterampilan menulis bukan hal yang asing baginya sebab Bu Nora mulai kenal dunia menulis semenjak kuliah S1. Waktu itu diajak untuk ikut serta lomba karya tulis ilmiah tingkat provinsi oleh kakak kelasnya. Awalnya ragu, tapi penasaran juga. Akhirnya ikut lomba juga. Waktu itu belum ada pengalaman sama sekali tentang menulis. Hanya modal nekat dan otodidak.tapi Alhamdulillah, membuahkan prestasi mendapatkan juara 3 tingkat provinsi lewat karyanya yaitu Biskuit Pena "Petai Cina"untuk Meningkatkan Gizi Anak Penderita Cacingan (https://noraliapurwa.blogspot.com/2020/04/biskuit-pena-petai-cina-untuk.html?m=1). Karya kedua mendulang berkah dari sampah  dapat dilihat di https://noraliapurwa.blogspot.com/2020/04/mendulang-berkah-dari-sampah.html?m=1. Sedangkan karya ketiga Bisnis “Brownies Binang” sebagai upaya diversifikasi pangan dapat dilihat di https://noraliapurwa.blogspot.com/search?q=Brownies+binang&m=1.

Setelah mendapat juara itu, akhirnya ketagihan menulis dan ikut lomba. Belajar hanya dengan kakak kelas dan dosen pembimbing. Beberapa kali ikut lomba, beberapa kali juga juara. Dari hadiah juara itu, Bu Nora dapat menyelesaikan kuliah S1 dan S2 secara gratis, alias tanpa biaya karena biaya sudah tercover dengan uang hadiah juara. 

Luar biasa prestasi yang sudah ditorehkan oleh Bu Nora. Masih muda namun sarat dengan prestasi. Bu Nora juga tidak pelit untuk membagikan tips kesuksesannya yang membawa berkah baginya. Saya singkat tipsnya untuk memudahkan mengingat dengan jurus KaTaCaDiTu sebagai berikut :

1. Ambil kesempatan yang ada ( Jurus Ka)
Ketika Bu Nora melihat ada kesempatan dan  juga mempunyai tulisan dengan tema yang dimaksud, langsung saja mengirimkan tulisan tersebut. Buku pertama berjudul digital mindset juga sama,ketika itu prof Eko yang menjadi narasumber di gelombang 8 memberikan tantangan kepada peserta untuk berkolaborasi dengan beliau untuk menulis buku dalam seminggu. Tema sudah ditentukan beliau yaitu mengambil sebuah judul dari kanal YouTube beliau
Dengan modal nekat dan penasaran, setelah kulwap selesai, Bu Nora japri beliau dengan menyatakan bersedia untuk dapat menulis buku dalam waktu seminggu. Waktu itu Bu Nora memilih judul Digital Mindset karena sesuai dengan kondisi kita sekarang yang harus mengurangi bersentuhan dan kerumunan

2. Beri target ( Jurus Ta )
Untuk target ini kita sesuaikan dengan outline yang telah kita buat. Tentunya outline harus selaras dengan tema yang diambil. Misal di outline kita ada 5 bab, kita buat target kapan 5 bab itu harus selesai. Misalkan 5 bulan selesai 5 bab, berarti wajib 1 bulan selesai 1 bab

3. Catat referensi ( Jurus Ca )
Setelah kita memiliki outline dan target, selanjutnya mencari referensi sesuai dengan outline yang ada
Referensi yang saya gunakan untuk buku digital mindset adalah jurnal ilmiah baik itu nasional dan internasional, buku, dan beberapa modul dari Kemdikbud. Jadi referensi boleh secara online maupun offline. Usahakan referensi terkini dan teraktual

4. Disiplin waktu ( Jurus Di )
Nah ini yang biasanya sangat susah dilakukan. Terkadang outline sudah bagus, target sudah ada, referensi sudah lengkap, tapi dalam perjalanan, kadang rasa jenuh dan malas itu datang. Akhirnya berhenti menulis. Ini adalah penyakit Bu Nora sendiri yang sering mengalaminya. Untuk solusinya, kita dapat menentukan waktu tersendiri untuk menulis. Waktu tersebut bebas yang penting waktu ternyaman untuk.kita berkarya. Biasanya Bu Nora menulis diatas jam 9 setelah anak2 tidur. Jadi tidak mengambil waktu dengan keluarga. Karena prinsipnya menulis itu hobi. Hobi harus dilakukan dengan senang. Saya senang, keluarga juga senang. Bu Nora biasanya meliburkan diri menulis 2 hari, yaitu Minggu malam dan Rabu malam. Kenapa? Karena di kedua waktu itu Bu Nora fokuskan untuk membuat konten channel YouTube.  Ada  skala prioritas dalam pembagian waktu. Pembagian waktu ini perlu dilakukan sebab Bu Nora tipikal orang yang tidak suka melakukan hal yang sama berulang-ulang sehingga jika terus menjadwalkan untuk menulis khawatirnya bosan. Jadi Bu Nora selingi dengan membuat media pembelajaran untuk channel YouTubenya. Biasanya ketika membuat media itu sambil melihat-lihat tayangan YouTube lainnya seperti drama Korea kesukaan ibunya sampai rasa jenuh yang dirasakannya hilang.

5. Yaitu tulis ( Jurus Tu )
Setelah semuanya, proses terakhir yaitu menuliskan isi buku kita sesuai outline yang ada. Pada saat menulis buku ini, jangan terlalu terpaku buku kita harus terbit di penerbit mayor. Jika seperti itu, takutnya nanti kita kecewa jika hasil tidak sesuai harapan. Nikmati saja alurnya, masalah penerbitan akan mengikuti. Bu Nora membagikan juga tips membukukan hasil resume pelatihan menulisnya. (https://noraliapurwa.blogspot.com/search?q=tips+membukukan+hasil+resume)

Bagi Bu Nora menulis adalah cara untuk bisa hidup lebih lama sebab ada ungkapan yang sangat disukainya yaitu menulislah karena dengan menulis dan berkarya adalah caramu untuk hidup 1000 tahun bahkan beribu-ribu tahun lagi. Tunggu apa lagi? Mari kita menulis dan menghasilkan karya yang akan dikenang abadi selama-lamanya. 




Aussie... Aku datang...

Berkah tak terduga Jum’at pagi tanggal 18 Januari 2019 aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Sekolahku berada di pinggiran kota Majalengk...